Dalam menyampaikan pesan, sebagian suku bangsa Indonesia menyampaikan pesannya dengan apa adanya, artinya, apa yang ada di hati mereka akan disampaikan dengan apa adanya, gamblang dan jelas, namun sebagian suku yang lain akan menyampaikannya dengan permainan kata berbunga secara halus dan beberapa 'kebohongan' untuk KEBAIKAN dan rasa halus, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut 'white-lie'.
Bangsa Indonesia tahu benar bagaimana harus berbicara diantara mereka yang sebangsa. Mereka akan berbicara dengan menunduk dan tidak memandang kepada lawan bicaranya bila mereka lebih muda, lebih rendah kedudukannya dalam bekerja atau berbicara dengan keluarga yang dihormati seperti kakek, nenek, bibi, paman dan orang tuanya.
Oleh sebab itu, bangsa Indonesia hampir tidak bermasalah bila berbicara tanpa bertatap-mata dengan lawan bicaranya (untuk masa sekarang, anak dan orang tua di Indonesia banyak yang sudah berbicara dengan berdiskusi seperti bangsa Barat, saling pandang bahkan berdebat, dan menatap mata orang tua tidak lagi mengurangi kesopan-santunan).
Mengapa bangsa Indonesia berbicara umumnya dengan nada yang tinggi dan irama yang naik turunnya jelas?
- Seperti bangsa Asia Tenggara lainnya, bangsa Indonesia memang bicara dengan nada tinggi (loudly) dan irama yang naik turunnya jelas, karena mempunyai sifat yang expressive dalam menyampaikan pesannya.
- Kesalah-fahaman memang bisa terjadi dan memang sering terjadi bila berbicara antar suku bangsa, karena setiap suku bangsa berbeda nada bicaranya , cara bicaranya dan menyampaikan pesannya, namun dengan berjalannya waktu, hal tersebut sebisanya harus bisa diatasi dan lama kelamaan dimengerti.
- Biasanya, berkomunikasi antar suku yang cara berbicara, nada atau iramanya dan penyampaian pesannya sama, akan berinteraksi verbal dengan baik tanpa kesalah-fahaman.
- 'Berbohong' untuk kebaikan misalnya seseorang tidak mengatakan yang sesungguhnya agar tidak menyakiti atau mengecewakan hati orang lain. Misalnya dia mengatakan 'tidak apa-apa' ketika temannya meminjam mobilnya, atau bajunya untuk ke undangan, atau meminta perona bibirnya sedikit, padahal sebenarnya dia tidak suka meminjamkan bajunya untuk dipakai ke undangan atau orang lain memakai perona bibirnya
- Manfaatnya adalah untuk supaya hubungan pertemanan terjaga.
- Biasanya yang melakukannya merasa biasa saja, karena berusaha untuk tidak membuat orang lain sedih, kecewa atau tersinggung, namun banyak juga yang menahan hati dan kemudian menceritakan kekecewaannya kepada orang lain yang akibatnya semakin kusut dan runyam karena menjadi bahan pembicaraan.
- Sebagian orang yang tinggal di kota besar dan sering bertemu secara internasional atau hidup di kota yang keras, memang mengubah cara ini, karena mereka menganggap, bahwa keterus-terangan memudahkan seseorang berinteraksi, namun bagi yang lain dan misalnya hidup di daerah yang jauh dari ibu kota, 'berbohong' ini penting, karena memang begitulah mereka diajarkan oleh kehidupan sejak kecil dan membudaya secara mengakar dengan simbol-simbol kata berbunga secara turun temurun. Tinggal kita sendiri yang melakukan pilihan yang mana, dimana dan kepada siapa sebaiknya dilakukan. Budaya ini adalah asli, jadi tidak seharusnya dihilangkan karena akan mempengaruhi hubungan kehidupan.
- Sebenarnya kesopan-santunan seperti ini tidak saja dilakukan oleh bangsa Indonesia, namun juga beberapa bangsa Asia Tenggara lainnya. Jadi ini merupakan suatu aturan pergaulan bangsa Asia Tenggara.
Menundukan badan bila melewati orang tua atau orang lain yang sedang duduk dengan mengucapkan 'maaf', atau bila berbicara kita menggunakan bahasa tingkatan yang diperuntukkan berkomunikasi dengan orang yang dihormati, dalam bahasa Jawa yang disebut baha kromo inggil atau dalam bahasa Sunda disebut bahasa lemes.
Bunda ini Resti UPW '06, makasih banyak bun dah mau sll kasih kt wawasan, blog nya keren bgt bun, bunda resti blh tny mengenai masalah budaya yg ada d indonesia jg, Resti mau tny bun kenapa orang tua d Indonesia cenderung memiliki sifat otoriter trhdp anaknya seakan-akan mereka yg lebih berhak untuk menentukan segalanya bagi kehidupan anaknya, apa mungkin kebiasaan tersebut dapat d ubah sehingga dalam keluarga seorang anak dapat menentukan sglnya sndr dan dapat di dengar pendapatnya??Apa otoriter jg terjadi d negara2 lain selain Indonesia bun??Pertanyaan kedua, bagi orang Indonesia khususnya bg orang tua dengan cara mereka yg cenderung otoriter justru malah menimbulkan banyak kebohongan yg disembunyikan oleh anaknya,menurut bunda gimana sih cara menyiasati orang tua yg terlalu otoriter sehingga mengurangi tingkat kebohongan pada seorang anak?? Mhn penjelasannya ya bun, please...... Thank U Bunda Miss U
ReplyDelete